Publications

Popular publications

Latest publications

Medco Learning Centre Goes to The Learning Farm

Created by - Medco Learning Center

Medco Learning Centre Goes to The Learning Farm

Medco Learning Centre bersama Medco Foundation menjadi salah satu pemateri dalam program pelatihan pertanian organik di The Learning Farm, Cianjur, Jawa Barat. Sepanjang Maret hingga Mei 2022 lalu kami memberikan berbagai topik pembelajaran untuk para siswa bacth 40 dalam pelatihan tersebut.Beberapa materi yang kami ajarkan antara lain adalah self development, manajemen kebencanaan, perancangan proposal dan pemasaran produk, serta pembuatan desain produk.#pelatihan #pelatihanpertanian #thelearningfarm #cianjur #jawabarat #medcofoundation #medcolearningcentre #medcoenergi #medcogroup #medcoampera #indonesia

More details

Published - Fri, 01 Jul 2022

Building Coaching Culture

Created by - Medco Learning Center

Building Coaching Culture

Before we build coaching culture, we must understand the meaning of “coaching” itself. Coaching is partnering with clients in a thought-provoking and creative process that inspires them to maximize their personal and professional potential. (International Coach Federation-ICF). It is not an instant solution but a continuous process where individuals are provoked to find solution in achieving their goals. Hence, building a “coaching culture” is very important in order to gain paramount result of coaching.Nowadays many business leaders realized the importance of building coaching culture. It is not only for providing feedback but also for helping and supporting employees to reach their full potential. (Longenecker and Simonetti, 2001). In building coaching culture, we always faced with few dilemmas. It is usually more to do with budget and buy-in than choosing the program itself. The first dilemma is whether to invest in external coaches or training managers internally, and within that whether to train in coaching skills for managers to use in their day-to-day activities, or to aim for a team of accredited internal coaches. (Carol Wilson, 2011).To build a coaching culture, we first must understand the three principles underlying of a coaching culture. They are:Responsibility, without any positive feedback or suggestions for improvement does not encourage people to take responsibility.Self-belief, people’s self-belief can be boosted by praise from their bosses and peers. Hence, outside recognition is not necessary.Blame free, research shows that human beings learn through making mistakes, so people must be allowed to make their own individual progress through trial and error.However, in building coaching culture, what tends to happen is that some of the managers will act as internal coaches anyway, but without having had the depth of training required for this. Even though it is not a disaster, because coaching is 100 per cent coachee led, so provided the principles are adhered to, the managers cannot do any great damage, it is more desirable that they should be trained in how to deliver a series of coaching sessions, and regular refreshment of skills and knowledge. In creating coaching culture, we should understand organization’s vision and what that organization wants to change by building coaching culture. We need to check “What is already in place? What needs to be addressed? What budgets are available? What is already looked after through existing programs? Which programs should be kept and which could be replaced by a coaching program? What type of interventions will suit?”. Identifying stakeholders is also very important. Who are affected by, or have an interest in, the program. By identifying the stakeholders, It will make easier to get “buy-in” from party who provide approval and budget. Once we have the approval, good planning is necessary to build coaching culture. It is crucial to differentiate the benefits derived from the program as opposed to other programs or situations which might be happening in the organization at the same time. Pilot project is recommended to highlight any changes required. Evaluation is done by discussing the result from pilot project with all stake holder and provide creative solution to move forward. After all the changes from evaluation are in place, we are ready to implement the whole program. Once it is running, continuous maintenance by maintaining momentum is requires to ensure that the coaching culture is established. When the coaching culture is established, not only employers but also employees can gain benefit from it.By: Yohanest Chandra, B.Eng., Msc., CHRP.

More details

Published - Fri, 01 Jul 2022

5 Jenis Pelatihan dan Pengembangan SDM

Created by - Medco Learning Center

5 Jenis Pelatihan dan Pengembangan SDM

Di dalam sebuah perusahaan pasti memiliki asset yang digunakan untuk menjalankan usahanya. Salah satu asset terpenting di dalam perusahaan adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten untuk menjadi perusahaan yang hebat.Pada masa sekarang ini, kesempatan usaha semakin luas namun persaingan bisnis pun semakin ketat. Diperlukan produktivitas yang baik untuk menjaga keberlangsungan perusahaan. Pada umumnya perusahaan menerapkan sistem reward and punishment untuk mendorong karyawannya memberikan produktivitas yang tinggi. Sistem seperti itu, kini sudah tidak spenuhnya efektif bagi generasi Milenial yang sangat kritis dan unik. Untuk itu, pelatihan dan pengembangan SDM perlu untuk dilakukan agar dapat mengatasi permasalahan ini. Training atau pelatihan sumber daya manusia akan memungkinkan karyawan untuk mengembangkan kompetensi kerjanya, mengetahui keahlian baru, mempelajari inovasi – inovasi baru yang berhubungan dengan pekerjaannya, meningkatkan kedisiplinan, meningkatkan produktifitas, dan meningkatkan etos kerja.Berikut adalah beberapa jenis pelatihan dan pengembangan SDM yang bisa dilakukan untuk karyawan dalam perusahaan: Skill Training (Pelatihan Keahlian) Skill training atau yang dikenal juga dengan pelatihan keahlian adalah jenis training yang diadakan dengan tujuan agar peserta mampu menguasai keterampilan tertentu yang berhubungan dengan pekerjaannya. Training biasanya akan diberikan kepada karyawan yang dianggap belum menguasai atau masih kurang nilainya dalam sebuah keahlian tertentu. Contoh: Training Leadership, Training Pelayanan Publik, Basic Management dan Dokumen Control SystemRetraining Retraining adalah pelatihan ulang yang diberikan kepada karyawan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah dan semakin berkembang. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang, mengharuskan perusahaan  untuk turut serta meng-upgrade karyawanya untuk bisa menysuaikan diri dengan kemajuan jaman. Contoh: Training Internet Marketing, Training AutoCAD (Software) dan Training HRIS (Human Resource Integrated System)Cross Functional Training Cross functional training merupakan pelatihan yang dilakukan dengan membuat karyawan untuk melakukan aktivitas pekerjaan tertentu diluar bidang pekerjaan yang biasa dia lakukan. Cross training ini bertujuan agar setiap karyawan mampu memahami cara kerja organisasi perusahaan secara lebih luas dan tidak hanya berkutat pada tugas kerjanya saja. Contoh: Training Business Acument dan Training K3  Creativity Training Training kreatifitas merupakan sebuah pelatihan yang bermula dari anggapan bahwa kreatifitas sebenarnya bukanlah bakat melainkan sebuah skill yang bisa dipelajari. Di dalam perusahaan ada berbagai posisi dan jabatan yang membutuhkan kreatifitas tinggi dalam memimpin anak buah dan memunculkan ide-ide baru yang inovatif. Training kreatifitas harus ditunjang dengan kebebasan berpendapat dan mengeluarkan gagasan yang rasional, penuh perhitungan, dan sudah dikalkulasi untung ruginya bagi perusahaan. Contoh : Training Lean Six Sigma dan Training KaizenTeam Training Dalam sebuah perusahaan karyawan tidak hanya dituntut untuk bekerja sendiri namun juga bekerja secara tim. Team Training ditujukan bagi sekelompok karyawan agar mereka bisa terbiasa bekerja dalam tim, mampu menempatkan diri dalam sebuah tim, dan mampu bekerja sama dengan anggota tim yang lain secara efektif sehingga dapat mendapatkan hasil yang lebih baik.Setelah mengetahui kelima jenis traiing diatas, sebuah perusahaan belum tentu dapat memutuskan jenis pelatihan yang mana yang diperlukan saat ini. Hal ini dikarenakan dibutuhkan analisa secara mendalam mengenai training yang dibutuhkan oleh perusahaan berdasarkan tingkat urgensitasnya. Analisa kebutuhan training ini sangat penting untuk mengetahui kebutuhan training seperti apa yang dibutuhkan oleh sebuah perusahaan. Dari data – data yang terkumpul nantinya perusahaan akan bisa menentukan jenis training mana yang dibutuhkan. Selain itu analisis kebutuhan training juga akan membantu perusahaan dalam menyusun konsep training termasuk didalamnya adalah peserta training, dukungan, biaya, hingga materi training yang harus disampaikan.photo created by pressfoto - www.freepik.com

More details

Published - Fri, 27 May 2022